
AMBARAWA - Suasana hangat dan penuh kebersamaan menyelimuti pelataran Klenteng Hok Tik Bio Ambarawa, saat puncak perayaan Cap Go Meh digelar dengan penuh makna. Acara ini bukan hanya menjadi momen sakral bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga menjadi simbol kuatnya toleransi dan harmoni antarumat beragama di Kabupaten Semarang. Rabu 12 Februari 2025.
Kapolres Semarang AKBP Ratna Quratul Ainy, S.I.K., M.Si., hadir langsung bersama jajaran Pejabat Utama (PJU) Polres Semarang serta Kajari Ismail Fahmi. Turut serta dalam acara ini Plt Camat Ambarawa Dewanto Leksono, Kapolsek Ambarawa AKP Ririh Widiastuti, Danramil 09/Ambarawa Kapten Adik Sunarto, serta anggota DPRD Kabupaten Semarang asal Ambarawa, The Hok Hiong dan Lia Amelia. Uniknya, tak hanya umat Konghucu yang hadir, melainkan juga tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, yang membaur menjadi satu dalam perayaan ini.
Kapolres Semarang: Kegiatan Berjalan Aman dan Lancar
Kapolres Semarang, AKBP Ratna Quratul Ainy, memastikan bahwa perayaan Cap Go Meh di Klenteng Hok Tik Bio berlangsung dengan aman, tertib, dan kondusif.
"Kami dari kepolisian memastikan kegiatan ini berjalan lancar. Acara ini adalah contoh nyata bahwa keberagaman bisa menjadi kekuatan. Harapannya, kebersamaan ini terus terjaga di Kabupaten Semarang, " ujar AKBP Ratna.
Simbol Toleransi yang Mengakar
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Semarang, KH Sinwani, menyampaikan apresiasinya terhadap acara ini. Menurutnya, Cap Go Meh di Ambarawa bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga bukti bahwa masyarakat dari berbagai latar belakang agama dapat hidup berdampingan dalam harmoni.
"Di sini kita melihat bagaimana masyarakat dari berbagai agama hadir dan saling menghormati satu sama lain. Ini adalah wujud nyata toleransi yang harus kita jaga, " tegasnya.
Senada dengan itu, Pembina Klenteng Hok Tik Bio, Liem Ping An, menambahkan bahwa Cap Go Meh memiliki makna yang mirip dengan Sawalan dalam budaya Islam saat Idul Fitri. Tradisi ini menjadi momen mempererat persaudaraan dan berbagi kebahagiaan.
"Biasanya Cap Go Meh identik dengan Wedang Ronde, tapi karena akulturasi budaya, sekarang Lontong Cap Go Meh juga menjadi sajian utama. Ini menunjukkan bahwa budaya berkembang dan bisa diterima oleh semua kalangan. Hiburan Barongsai, Liong, dan Dawangan malam ini juga memiliki makna mendalam sebagai simbol menyingkirkan hal-hal buruk, " jelasnya.
Dukungan Pemerintah dan Apresiasi Masyarakat
Plt Camat Ambarawa, Dewanto Leksono, memberikan apresiasi terhadap perayaan Cap Go Meh yang dinilainya tidak hanya meriah, tetapi juga penuh nilai edukasi dan kebersamaan.
"Kesenian Barongsai dan Wushu yang ditampilkan di acara ini sangat luar biasa. Ini bukan hanya hiburan, tapi juga motivasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan berprestasi. Selain itu, kegiatan seperti ini dapat menjadi sarana untuk menghindarkan anak muda dari pengaruh negatif seperti tawuran atau narkoba. Semangat persatuan seperti ini harus terus dijaga, " ujarnya.
Antusiasme warga dalam menyambut perayaan ini sangat tinggi. Sjafrie Abdullah (63), warga Getasan, mengaku selalu menyempatkan diri datang ke Klenteng Hok Tik Bio setiap kali perayaan Imlek berlangsung.
"Meski sederhana, acara ini selalu terasa meriah dan penuh makna. Masyarakat dari berbagai agama hadir dan saling menghormati. Ini menunjukkan bahwa toleransi benar-benar hidup di sini, dan kita patut bangga, " ungkapnya.
Dengan terselenggaranya perayaan Cap Go Meh yang sarat akan kebersamaan ini, diharapkan semangat persatuan, toleransi, dan saling menghargai antarumat beragama semakin kuat di Kabupaten Semarang. Perayaan ini bukan hanya seremoni, melainkan juga cerminan nyata bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga bersama. (***)